KABARBATANG - Rupiah ditutup melemah pada akhir pekan pertama 2024, Jumat (5/1), menjadi Rp15.516 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian terkait penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Federal Funds Rate (FFR).
Hasil risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023 menunjukkan bahwa The Fed belum memberikan indikasi waktu yang pasti terkait penurunan suku bunga.
Secara implisit, The Fed hanya mengatakan bahwa ada kemungkinan suku bunga akan diturunkan menjelang 2024.
Baca Juga: Kembali Terjerat Narkoba, Aktor Ibra Azhari Ungkap Alasannya kepada Penyidik, Berikut Pengakuannya
Berdasarkan proyeksi Fed Funds Futures, penurunan suku bunga FFR kemungkinan paling cepat akan terjadi pada Mei 2024. Namun, konsensus pasar memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC Maret 2024.
Ketidakpastian terkait penurunan suku bunga AS ini membuat pasar saham global melemah, serta pergerakan mata uang mayoritas global yang melemah sejalan dengan indeks dolar AS yang kembali ke level 103 setelah ditutup di level 101 pada akhir 2023.
Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah tergelincir 25 poin atau 0,16 persen menjadi Rp15.516 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.491 per dolar AS. Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat juga melemah ke posisi Rp15.518 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.525 per dolar AS.
Baca Juga: Biadab Ayah Cabuli Anak Tirinya di Jaksel Sudah Dilakukan 20 Kali, Begini Penjelasan Polisi
Ketidakpastian terkait penurunan suku bunga AS ini membuat pasar menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil posisi. Hal ini tercermin dari pelemahan rupiah dan mata uang lainnya di pasar global.
The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret 2024, namun tidak ada jaminan bahwa penurunan tersebut akan terjadi. Hal ini membuat pasar masih menunggu kepastian dari The Fed sebelum mengambil langkah lebih lanjut.