Network
TENTANGBATANG.COM - Kekalahan memalukan MU semalam (14/08/2022) di lanjutan Liga Inggris pekan kedua dari Brentford dengan skor 4-0 menjadi kekalahan kedua MU musim ini di bawah asuhan Erick Ten Hag setelah sebelumnya di pekan perdana juga kalah dari Crystal Palace 2-1 di kandang sendiri.
Kekalahan dari Brentford menimbulkan sejumlah tanda tanya di kubu MU saat ini, termasuk isu penjualan beberapa pemain yang dinilai tidak layak membela MU sampai isu beberapa pemain yang ingin didatangkan Manchester United sebelum jendela bursa transfer ditutup.
Namun, ada juga yang mempertanyakan kualitas seorang Erick Ten Hag memegang kendali klub sebesar MU. Meski perjalanan musim ini masih sangat panjang karena baru berjalan dua pekan, namun melihat permainan MU dalam dua pertandingan termasuk tadi malam sungguh tidak mencerminkan kualitas seorang Erick Ten Hag yang sangat sukses ketika membesut Ajax Amsterdam.
Baca Juga: 6 Kekalahan Terbesar Manchester United di Liga Inggris Sepanjang Sejarah, No. 6 Sangat Memalukan
Permainan MU ketika melawan Brentford sungguh sangat buruk. Semua lini tidak bekerja sebagaimana mestinya. Menengok bagaimana permainan Ajax ketika dibesut Ten Hag yang sangat atraktif sungguh sangat kontradiktif.
Terlepas dari beberapa gol yang terjadi ke gawang David De Gea karena blunder para pemainnya seperti gol pertama dan kedua yang notabene merupakan kesalahan kiper David De Gea yang kurang lengket menangkap si kulit bundar dan kurangnya fokus pada gol kedua yang bersarang ke gawangnya.
Namun secara permainan, pasukan Erick Ten Hag memang masih banyak meninggalkan lobang di sana sini yang perlu segera ditambal jika ingin meraih gelar atau sekadar menyelamatkan dari jurang degradasi.
Menurut Gary Neville, legenda MU yang sekarang menjadi analis sepakbola, salah satu kelemahan yang paling mencolok adalah ketiadaan seorang gelandang jangkar mumpuni yang siap bertarung di lini tengah MU.
Menengok dalam sejarah kesuksesan MU pasti disana muncul sosok-sosok gelandang jangkar bertenaga kuda yang siap bertarung memperebutkan lini tengah. Mulai dari era Bryan Robson, dilanjutkan oleh Roy Keane dan yang terakhir ada pada diri Paul Scholes. Semuanya adalah tipe gelandang petarung.
